BAGAS GODANG MANDAILING NATAL :”SIMBOL KEBERADABAN DAN PENGUATAN NEGERI BERADAT”

IMG 20210618 130442

bbnewsmadina.com, Keberadaan Bagas Godang (Rumah Adat) Mandailing Natal yang terletak di Jalinsum Saba Purba Panyabungan, harus dijadikan sebagai kiblat atau pusat adat-budaya regional Tabagsel (Tapanuli Selatan) dan sekaligus sebagai tempat pendidikan bagi generasi muda dibidang ranah adat-budaya, seperti pelatihan margordang, manortor, markobar, maralok-alok, mangupa, marsuling, manjeir, maronang-maronang, partuturon, hapantunan, marpantun, kerajinan tangan tradisional, kuliner tradisional, martonun dllnya. “Artinya, kita berharap nantinya tiada hari tanpa kegiatan di bagas godang itu. Kita gilir nanti anak-anak sekolah dan naposo-nauli bulung kita untuk belajar disana. Dan bagas godang itu terbuka untuk umum bagi siapa saja yang ingin melaksanakan pesta pernikahan secara adat”- ujar Dahlan Hasan Nasution (DHN)-Bupati Mandailing Natal dalam setiap kesempatan kepada warganya.

Yang paling penting lagi menurut DHN, bagas godang itu harus merasa dimiliki seluruh warga Madina termasuk yang berada di perantauan. Sekaligus dijadikan menjadi tempat persinggahan (home stay) bagi warga perantau yang pulang kampung sebagai tempat yang pas untuk melepas kerinduan atas bona bulunya. Kemudian akan kita tata disana pusat-pusat jajanan tradisional, cendra mata lokal dan fasilitas lainnya sehingga menggeliatkan ekonomi yang berbasis kerakyatan. Bagas Godang yang menjadi salah satu ikon kebanggaan warga Madina itu harus dikonsep menjadi salah satu destinasi wisata andalan kita kedepan bekerjasama dengan jejaring travel perjalanan.

“Kelengkapan dan fasilitas yang dibutuhkan bagas godang itu harus terus ditata dan dibangun walaupun saya tidak lagi menjadi bupati nantinya. Grand-desain (bulu-print)nya sudah lengkap itu. Karena bagi saya, jabatan bupati itu bukanlah segala-galanya, semuanya pasti berakhir pada saatnya. Perjalanan hidup kita sudah diatur oleh Yang Maha Mengatur. Jadi harapan saya, janganlah pula setelah saya tinggalkan nantinya, bagas godang itu justru menjadi seperti bangunan mubazir yang tidak terurus. Rp. 1,2 milyar uang pribadi saya untuk membeli pertapakannya itu, lalu saya hibahkan kepada Pemda dan sudah milyaran rupiah pula uang APBD tercurah kesana untuk membangun fisiknya, jadi jangan disia-siakanlah. Oleh karena itu, saya perintahkan kepada Forum Adat (FPPAB Madina-red) selaku organisasi mitra kerja pemerintah dilingkup adat-budaya harus pindah dan berkantor di bagas godang itu agar senantiasa bisa memberikan masukan kepada Pemda dan sekaligus turut serta menata-kelolanya”- imbuh sang mentor budaya itu.

SEJARAH BAGAS GODANG

Agar semua orang bisa memahaminya, bahwa awalnya pertapakan bagas godang yang terletak dipinggiran jalinsum Saba Purba-Panyabungan seluas kurang lebih 4 ha itu, sesungguhnya adalah yang dibeli DHN secara angsuran dengan uang pribadinya yang terjumlah sekitar Rp.1,2 milyar, hasil jerih-payahnya bertukang dari limbah kayu nyaris siang-malam bekerja sejak tahun 2015 yang lalu dan masih berstatus sebagai wakil bupati . Jiwa seni yang sudah mendarah daging dengan cita-rasa klasik yang tinggi itu, DHN dengan karya tangannya sendiri mampu memproduksi sejenis meja, kursi, lemari, pas-bunga, podium dan rak-rakan lainnya yang menyembulkan ke-alami-an dengan kualitas bagus dan bernilai tinggi sehingga bisa dijualnya dengan harga tinggi pula melalui jejaring pergaulan high-clasnya.

DHN sering bercerita kepada teman-temannya, bahwa karya tangannya itu perset biasa dia jual dengan harga 300-600 juta, tapi tak jarang pula dengan tulus dia berikan cuma-cuma sebagai cendra mata kepada para pejabat atau teman dekatnya.

“Dari kumpulan uang penjualan bertukang kayu itulah, saya angsuri pertapakan bagas godang itu hingga lunas, dan pada akhirnya saya hibahkan pula dengan ikhlas kepada Pemda Madina”-tuturnya.

Ditambahkan DHN ketika diwawancarai, itu semua dilakukannya adalah disamping sebagai bentuk pengabdian dan kecintaannya kepada bona bulunya (kampung halaman-red), juga adalah setelah melakukan pengkajian secara mendalam, bahwa sesungguhnya “roh” perjalanan sejarah Madina ini adalah adat-budaya dan agama.

“Hanya adat-budaya dan agamalah yang bisa memproteksi atau membentengi generasi muda kita dari kerusakan moral akibat pengaruh budaya luar yang tidak sesuai dengan budaya kita. Dengan memahami dan berpegang teguh kepada adat-budaya dan agama, masa depan bangsa ini akan terselamatkan, dan sejatinya, itulah dasar pembangunan peradaban modren yang madani itu. Setiap bangsa pasti akan hancur apabila tidak mendasarkan konsep berbangsanya kepada dua hal tersebut.”

“Oleh karena itu pulalah, saya ingin menyelamatkan Madina ini dan kembali kepada roh jati dirinya, makanya saya lounching selogan Negeri Beradat Taat Beribadat untuk menguatkan dan mengaplikasikan selogan dan moto yang ada sebelumnya yakni Bumi Gordang Sambilan dan Madina yang Madani.”

“Jadi jangan diperdebatkan slogan antara Negeri Beradat Taat Beribadat dengan Bumi Gordang Sambilan begitu juga dengan Madina yang Madani. Kami dengan Forum Adat telah melakukan kajian secara ilmiah tentang itu, sehingga ketiga istilah menjadi saling mendukung dan menguatkan. Kami menafsirkan slogan Bumi Gordang Sambilan adalah sebagai simbol keberbudayaan, slogan Negeri Beradat Taat Beribadat sebagai simbol keberadaban dan moto Madina yang Madani adalah sebagai simbol tujuan pembangunan kita dalam pencapaian sebuah negeri yang baldatun toyyibatun warobbun ghofur.”

“Justru itu ketiga untaian slogan itu, kami telah sepakat untuk dirangkaikan dalam satu kesatuan yang utuh menjadi Bumi Gordang Sambilan, Negeri Beradat Taat Beribadat menuju masyarakat Madina yang Madani. Saya ingin kita semua tahu adat-budaya dan agama, keinginan obsesi saya kelak para pemimpin di Madina ini adalah orang-orang yang mumpuni tentang adat budaya dan agama, karena bagi saya Madina ini adalah tanah yang diberkahi dan dianugrahi oleh Allah SWT, maka wajib hukumnya bagi kita untuk menjaga dan menyelamatkannya.”

“Dan karena alasan-alasan pemikiran dan peruntukan semua itulah, makanya bagas godang yang di saba Purba itu saya bangun”- pungkas sang guru bangsa itu.(humas fppab)

Tinggalkan Balasan

error

Enjoy this blog? Please spread the word :)