Bupati Yakin Akan Tumbuh Industri Garmen Bahan Tenun Khas Tapsel Sampai Manca Negara

IMG 20210615 WA0003

Bupati Tapsel Dolly Pasaribu. (Foto:Ty)

bbnewsmadina.com, Bupati Tapanuli Selatan (Tapsel), H Dolly Pasaribu, SPt.MM, berkeyakinan kain tenun khas Tapanuli Selatan (Tapsel), bisa dikenal luas tidak hanya di Sumatera Utara (Sumut). Selama ini, masyarakat sudah cukup mengenal kain tenun menjadi oleh-oleh khas Tapsel, namun kiranya menjelma menjadi industri garmen dan fesyen. Untuk mencapai tujuan itu, perlu kerjasama semua pihak.

“Saya punya tanggungjawab terhadap kelangsungan kehidupan pihak-pihak yang berjuang melestarikan kain tenun kebanggaan kita, masyarakat Tapsel. Namun kita juga mengetahui, bahwa selama pandemi masyarakat diharuskan mengurangi kegiatan berkumpul seperti horja, pesta adat dan lain-lain, ini yang menyebabkan permintaan akan kain tenun menjadi berkurang,” ujar Dolly disela acara penutupan pelatihan desain fashion dan produknya di Gedung Serbaguna, Komplek Perkantoran Bupati Tapsel, Senin (14/6).

“Namun melalui pelatihan ini, para desainer, penjahit, bahkan penyedia benang yang khusus, mendapat angin segar. Saling bekerja sama untuk membangkitkan tidak hanya pengrajin kain tenun dan lebih luas dari itu, bisa menjadikan seluruh proses ini menjadi industri garmen dan fesyen.” tambahnya.

Dolly bercerita, bahwa Kabupaten Tapsel sempat mengikuti perlombaan kain tenun yang bertajuk, “Aku dan Kain” beberapa waktu lalu oleh Dekranasda Provinsi Sumut. Di mana, Dolly melihat betapa cepatnya masyarakat ikut berpartisipasi dalam memasarkan kain tenun sampai ke luar masyarakat Tapsel. Dari beberapa platfor media sosial Dekranasda Provinsi Sumut, animo masyarakat dalam promosi tenun Tapsel luar biasa ketika mengetahui bahwa keindahan, estetika kain tenun khas Tapsel tidak kalah dengan daerah lain.

“Saya pun, dalam beberapa rapat di Medan, saya upayakan menggunakan kain tenun khas Tapsel. Bisa dilihat ketika saya bertemu dengan Pak Gubermur Sumut, kemudian ketika RUPS dengan Bank Sumut dan kegiatan lain yang diundang oleh pemerintah Provinsi Sumatera Utara selalu saya gunakan kain tenun khas Tapsel,” ucapnya bangga.

Pada kesempatan itu, Dolly mengucapkan terimakasih kepada Bank Indonesia (BI) Cabang Sibolga dan Dekranasda Tapsel, karena telah sukses menyelenggarakan pelatihan menjahit dan mendesain kain tenun khas Kabupaten Tapsel selama 14 hari hingga selesai.

Sebelumnya, Dolly menjelaskan bahwa, berdasarkan data yang diterima dari Dinas Perdagangan, Koperasi dan UKM, kain tenun khas Kabupaten Tapsel saat ini, produksinya cukup menurun. Kondisi itu, kata Bupati, sejalan dengan semakin berkurangnya setiap kegiatan atau even masyarakat akibat pandemi Covid-19.

“Dikabarkan pula kepada kita, ada penenun yang harus banting stir kembali berkebun karena usahanya (kain tenun) sudah semakin menurun,” aku Dolly miris.

Dari pelatihan selama 14 hari ini pula, Dolly bersama mereka dua hari penuh untuk mengamati, belajar semangat dari peserta menjadikan ini upaya, bangkit di masa sulit. Dolly kembali menegaskan memiliki keyakinan dari sebuah ide dan desain hingga diubah ke pakaian jadi, maka akan ada pergerakan dari beberapa sektor yang dapat ciptakan kesejahteraan masyarakat karena saling membutuhkan satu dengan yang lainnya. Sebagai contoh, ada seorang penenun membutuhkan benang, ternyata di Sipirok ada pembudidaya ulat sutera.

“Dan si petani sutera ini juga butuhkan petani murbei yang merupakan makanan dari ulat ini. Dan setelah jadi kain khas Tapsel, juga dibutuhkan untuk menjadikan pakaian, baju dengan desain kontemporer maupun klasik yang bisa dipakai di acara resmi maupun acara non formal lain,” imbuhnya.

“Yang kita undang ini adalah pak Wignyo Rahadi, seorang desainer kenamaan kelas dunia. Rancangan beliau sudah dipakai oleh beberapa orang presiden kita, yakni Presiden SBY sampai Presiden Jokowi, bahkan pernah di pakai mantan Presiden Amerika Serikat Barrack Obama ketika berkunjung ke Indonesia.” jelasnya.

“Kepada adik-adik ku seluruh peserta pelatihan, kalian sudah menyaksikan kepiawaian pak Wignyo Rahadi dalam membimbing kalian selama 14 hari ini, tanamkan di dalam benak kalian karena kualitas kalian sekarang jauh di atas perancang lokal. Yakinkan di dalam tekad kalian, bahwa kalian adalah desainer nasional bila kalian terus mengasah kemampuan, melahirkan ide dan karya baru ketika rajin bertanya, mengevaluasi karya-karya kalian kepada Mentor-Mentor asuhan pak Wignyo.” ujar Dolly memotivasi.

Dolly berharap agar tetap kompak melahirkan ide yang cerdas dalam memajukan kain tenun khas Tapsel. Peserta tersebut bisa membentuk komunitas yang memajukan industri garmen berbahan dasar kain tenun khas Tapsel.

Sebelumnya, Kepala Perwakilan BI Cabang Sibolga Aswin Kosotali mengatakan, kegiatan tersebut diadakan sebagai bentuk komitmen pihaknya dalam pengembangan UMKM di Tapsel. Pengembangan UMKM itu juga dalam rangka mendukung tugas pokok BI guna menjaga kestabilan nilai tukar rupiah.

Karena untuk mencapai hal itu, dibutuhkan pertumbuhan ekonomi yang stabil dan didukung dengan kestabilan Makro Ekonomi maupun sistem keuangan. Dalam rangka pengembangan UMKM, BI menjalin kerjasama dengan pemerintah kabupaten dan kota guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi di daerah.

Dan pihaknya mengaku punya tiga strategi dalam pengembangan UMKM. Pertama adalah dengan cara aktif melakukan pembinaan ke UMKM. Kedua, peningkatan kapasitas dari UMKM, SDM, dan lainnya, yang terhubung dengan teknologi digital. Ketiga, program harus terhubung dengan akses kebudayaan sehingga bisa lebih mudah dihubungkan dengan akses-akses pembiayaan.

“Dan harapan kita UMKM kita bisa naik kelas. Kita juga berharap, UMKM kita tidak hanya menasional atau “Go National”, tapi harus bisa ekspor dan dikenal dunia internasional atau “Go International,” harapnya.

Sementara Ketua Dekranasda Tapsel, Ny Rosalina Dolly Pasaribu, berharap kiranya seusai pelaksanaan pelatihan itu, kualitas maupun pemasaran kain tenun Tapsel bisa meningkat. Dengan adanya desainer dan penjahit lokal yang kualitas SDM-nya mumpuni, diharap even-even fashion show ke depan hasilnya semakin berkualitas.

Ketua Dekranasda Tapsel menjelaskan, “Dari situ, masyarakat akan kembali melirik bahwa kain tenun Tapsel bisa digunakan selain acara formal dan resmi, juga acara non formal maupun keluarga. Ditambah desain yamemprediksi sesuai tren masa kini, diyakini permintaan akan kain tenun Tapsel akan bertambah. Lebih jauh dari itu, jika selama ini kain tenun Tapsel menjadi oleh-oleh, ke depan jika masyarakat bertanya apa oleh-oleh khas Tapsel maka masyarakat akan menjawab fesyen khas Tapsel lah yang jadi primadona.”

“Dan tentunya, Dekranasda Tapsel akan terus mendampingi dan memfasilitasi untuk industri kriya dan fesyen di Tapsel. Sehingga, Dekranasda Tapsel bisa menjadi wadah pembinaan, pendampingan, fasilitasi, promosi, dan pemasaran produk-produk khususnya tenun Tapsel,” kata Ny Rosalina yang juga Ketua TP PKK Tapsel itu.

Sedangkan dalam kesempatan itu, Desainer Internasional yang juga tim ahli Dekranasda Pusat, Wignyo Rahadi, menyatakan, rasa syukurnya atas sinergitas yang baik antara BI dengan Dekranasda Tapsel sehingga program pelatihan itu bisa berlangsung sukses. Menurut Wignyo, untuk mengenalkan suatu daerah ke dunia luar, salah satu caranya bisa dengan memperkenalkan kain tradisional.
“Ini biayanya cukup murah, kalau kita mengenalkan suatu daerah khusus Sipirok misalnya. Kita mengenalkan kainnya, murah dan cepat. Di mana setiap ada kegiatan, kita melakukan promosi branding kainnya. Kalau kita mem-branding kain, otomatis daerah kebawa (ikut dikenal). Tapi kalau kita hanya mem-branding kotanya (daerahnya), kainnya belum tentu kebawa,” terangnya.

Dan jika suatu daerah mempromosikan kain tradisionalnya, lanjut Wignyo, tentu akan sangat menarik minat masyarakat luar dan juga penontonnya. Wignyo menceritakan pengalamannya pada 2017, di mana pihaknya waktu itu mengangkat dan mempromosikan kain tenun Tanimbar.

IMG 20210615 WA0001

Orang luar, kata Wignyo, mengenal Tanimbar tapi tidak tahu nama kota yang memproduksinya. Padahal daerahnya ada di Kota Saumlaki, Kabupaten Maluku Tenggara Barat. Pernah, dalam suatu acara, Wignyo membuat kuisoner dengan pertanyaan dari mana asal kain tenun Tanimbar. Ironisnya, tidak ada yang tahu asal daerah penghasil kain Tanimbar.

“Begitu juga kain tenun Sipirok (misal ditanya), kalau tidak ada yang tahu Tapsel, sedih. Mudah-mudahan, dengan dimulainya kegiatan ini, Kabupaten Tapsel akan lebih dikenal sebagai tempat produksi kain tenun Sipirok,” tandasnya.

Turut hadir, Anggota DPRD Tapsel, para Asisten, Staf Ahli, pimpinan OPD, Camat se-Tapsel, Ketua Dekranasda Sibolga, Ketua Dekranasda Paluta, Ketua Palas, Ketua Bhayangkari, Ketua Persit Cab. 45, Ketua Persit Cab. 47, Wakil Ketua Dekranasda Kota Padangsidimpuan, Ketua DWP Tapsel. (Ty)

Tinggalkan Balasan

error

Enjoy this blog? Please spread the word :)