bbnewsmadina.com, Masih Tengiang di telinga cuplikan back sound TikTok terhadap suatu tayangan Vidio clip yang kocak berbunyi “Entah Siapa Yang Salah, Ku Tak Tahu ?
Kira-kira demikianlah kejadian yang dialami adek kandung kepala desa kampung Napa Kec. Batang toru yang ikut seleksi penerimaan security PT AR (PT. Agincourt Resources).Dalam seleksi tersebut beliau tidak berhasil lolos.
Namun, pada seleksi penerimaan anggota TNI, adik kandung kepala desa ini dinyatakan sukses dan sudah resmi menjadi anggota TNI AD.
Entah siapa yang salah, tak jelas apakah si pelamar memang tidak memenuhi syarat kwalifikasi untuk menjadi satpam di PT. AR atau seleksi masuk anggota TNI yang begitu gampang ketimbang masuk Satpam?
Yang jelas sudah menjadi rahasia umum, untuk diangkat menjadi seorang Tentara Nasional Indonesia itu tidaklah begitu mudah, seleksinya begitu ketat bahkan dari ribuan pelamar yang mendaftar tak jarang hanya puluhan orang yang diterima.
Demikian penuturan kepala desa Kampung Napa kepada Anggota DPRD Tapsel dari Fraksi PAN, H. Mahmud Lubis disampaikan kepada media , Sabtu (01/04).
Dalam kesempatan wawancara tersebut, Kepala desa Kampung Napa bertanya apakah kekalahan adiknya tersebut masuk satpam dikarenakan oleh adanya oknum “Belanda Hitam” atau memang kesempatan untuk berkarir untuk putra daerah di PTAR dibatasi?
Bayangkan adik saya bisa kalah jadi satpam, sementara dia lolos diterima menjadi anggota TNI, sehebat apa sih satpam PTAR tersebut, tanya kepala desa?
Selain adik kandung kepala desa Kampung Napa, kesulitan lain yang dialami putra daerah lingkar tambang emas Batangtoru untuk bergabung menjadi karyawan PTAR adalah anak kandung dari kepala desa Hapesong Baru.
Putranya yang dikenal juara kelas mulai dari SD hingga tamat sebagai sarjana jurusan MIPA dari universitas negeri (USU) dan 2 kali dapat panggilan kerja dari perusahaan tambang emas di Sulawesi ternyata tidak diterima bekerja di PTAR yang berada di kampung halamannya sendiri.
Dalam seleksi penerimaan karyawan PTAR ini, putra dari Kades Hapesong Baru ini ternyata orang yang pertama siap menjawab soal-soal yang diberikan oleh PTAR.
“Dia tidak dibolehkan oleh ibunya pergi bekerja di tambang emas yang berada di Sulawesi karena terlalu jauh”, jelas Kades Hapesong Baru”.
Kemudian anak kandung lurah kel. Wek 2 kec. Batangtoru sudah sering melamar ahli komputer jurusan matematik toh juga gagal.
Anak kandung lurah kel. Wek 1 kec. Batangtoru, sekaligus mantan sekcam Muara Batangtoru, sudah lebih 10 kali melamar di PTAR toh juga gagal di terima.
Riski Hidayat anak dari mantan kepala desa Bandar Hapinis tidak lolos jadi security di PTAR, padahal beliau sudah berpengalaman mulai dari tahun 2019 hingga tahun 2022 sebagai security di salahsatu perusahaan di Jakarta .
Riski Hidayat melampirkan rekomendasi pengalaman kerja dari perusahaan tempat bekerja semula, dalam rekomendasi pengalaman kerja tersebut, perusahaan menyebutkan bahwa Riski selama bekerja Riski Hidayat telah mampu bekerja baik dan telah menunjukkan dedikasi yang tinggi terhadap perusahaan.
Menurut Riski Hidayat, sebagai peserta yang ikut seleksi dirinya dan 4 orang lainnya disebutkan bermasalah dengan kesehatan atas hasil pemeriksaan laboratorium Prodia Padangsidimpuan. Dan oleh Manager Security disarankan agar dia pergi melakukan pemeriksaan ke rumah sakit lain dan Manager Security berjanji, jika dokter pemeriksa rumah sakit yang dituju memberikan rekomendasi bisa bekerja , maka Manager Security berjanji akan menerima Riski Hidayat masuk bekerja di perusahaan tambang emas Martabe ini.
Dengan susah payah, Riski Hidayat melakukan pemeriksaan ke rumah sakit swasta di Sibolga, selanjutnya Riski menunjukkan surat rekomendasi dokter sebagaimana dijanjikan oleh Manager Security menyebutkan bahwa Riski Hidayat dapat bekerja .
Namun manager security berkilah bahwa dia tidak meminta surat dimaksud melainkan harus dilakukan test Treadmill. Karena tidak ada persiapan dana, akhirnya Riski Hidayat membatalkan untuk melakukan test Treadmill di Medan.
“Jika dari awal ada pemberitahuan untuk melakukan test Treadmill, maka saya akan mempersiapkan diri termasuk masalah biaya, namun karena himbauan test treadmill disebutkan pada tahapan akhir test sehingga membuat persiapan saya tidak ada”, sebut Riski yang merupakan anak mantan kepala desa Bandar Hapinis periode 2007 s/d 2016.
Riski menyebutkan waktu saya test security di PT. Jiss Indonesia Sejahtera dan diterima bekerja sejak 2019 s/d 2022 tidak ada masalah yang saya alami terkait kesehatan dan saya juga mendapatkan rekomendasi pengalaman kerja dari perusahaan yang menjelaskan bahwa selama bekerja saya telah mampu bekerja baik dan telah menunjukkan dedikasi yang tinggi terhadap perusahaan.
Riski menyebutkan alasan dirinya tidak bekerja lagi di Perusahaan yang berdomisili di Jakarta Selatan tersebut, itu disebabkan karena beliau menikah dan pulang kampung, untuk selanjutnya dia mencoba melamar di perusahaan Tambang Emas terbesar nomor 2 di Indonesia ini yang lokasinya berada di kampung halamannya sendiri .
Ayah Riski , Mantaruddin Nasution kepada media menuturkan sebagai mantan kepala desa dia sangat kecewa atas sulitnya kesempatan bekerja bagi putra daerah di tambang emas Martabe ini.
Pihak PTAR sepertinya tidak menghormati perjuangan yang dilakukannya dalam mendamaikan masyarakat saat terjadi konflik penolakan keberadaan PTAR yang membuang limbah (sisa air proses) ke sungai Bantangtoru dari rencana semula dibuang ke laut.
“Habis manis sepah dibuang”, tutur Mantaruddin Nasution.
H. Mahmud Lubis sebagai Anggota DPRD Tapsel kepada media menjelaskan perbuatan yang dilakukan oleh PT AR terhadap putra daerah dalam penolakan sebagai tenaga kerja di perusahaan tersebut merupakan bentuk penzoliman terhadap putra daerah.
Fakta sudah kita lihat para pelamar juga merupakan orang-orang berprestasi dan berpengalaman dan negara juga mengakui kemampuan diantara pelamar tenaga kerja lokal ini.
Entah apa yang diinginkan perusahaan ini yang mempersulit kesempatan bagi tenaga kerja lokal, sebut Mahmud.
Kita bisa lihat berapa besarnya pembohongan yang dilakukan oleh Tambang Emas Batang Toru ini atas angka tenaga kerja lokal di lingkar tambang emas Batangtoru , katanya dari 2.600 tenaga kerja yang ada, 70% dari itu merupakan tenaga kerja berasal dari 15 kelurahan/desa lingkar tambang emas Batangtoru.
Seharusnya tenaga kerja yang ada di 15 kelurahan/ desa lingkar tambang ini sudah ada sebanyak 1.700-an , namun pada kenyataannya di 8 kelurahan / desa yang sudah disurvey hanya ada 320 tenaga kerja lokal.
Sekali lagi saya mengatakan perbuatan ini sungguh kejam karena membodohi masyarakat disini. “Kami yang punya susu kenapa orang lain yang punya nama, kami yang punya emas kenapa orang lain yang menikmatinya”. (Ty)