Mandailing Natal|BBNewsmadina.com
Desas-desus menyeruak di lingkungan masyarakat sekitar lembah Gunung Sorik Marapi yang menyebut gempa bumi berkekuatan 5.1 Skala Richter, Minggu (30/4) kemarin, adalah akibat pengeboman dan pengeboran yang dilakukan perusahaan panas bumi yang memiliki wilayah di gunung yang tercatat pernah meletus sebanyak 7 kali itu.
Kepala Bidang Pelayanan Data dan Informasi BMKG Wilayah I Medan, Syahnan, Senin (1/5) sebelumnya menjelaskan, gempa yang terjadi di wilayah Mandailing Natal pada titik koordinat 0.77 Lintang Utara- 99.56 Bujur Timur dengan kedalaman 10 Kilometer itu adalah karena adanya aktifitas lempeng sesar semangko.
“Yang di Mandailing Natal itu di darat. Itu termasuk aktifitas patahan semangko, aktifitas sesar semangko. Patahan besar Sumatera. Sampai saat ini belum ada informasi (menyebabkan kerusakan). Dan dari pemerintah setempat daerah, belum ada informasi dirasakan,” katanya melalui sambungan selular.
Ia juga memastikan, gempa tersebut murni gempa tektonik. Untuk diketahui, Patahan Semangko adalah bentukan geologi yang membentang di Pulau Sumatera dari utara ke selatan, dimulai dari Aceh hingga Teluk Semangka di Lampung.
Akan tetapi, gempa yang terjadi pada titik berdekatan dengan Gunung Merapi aktif di Kabupaten Mandailing Natal ini terlanjur membuat resah masyarakat sekitar. Terlebih, setelah gempa berkekuatan 5.1 SR berdurasi kisaran 7 detik itu, juga terjadi beberapa kali getaran hingga membuat banyak masyarakat memilih tidur di luar rumah pada dini hari itu. Selain itu, masyarakat juga menduga goncangan singkat itu akibat adanya aktifitas pengeboman dan pengeboran yang dilakukan perusahaan panas bumi yang beroperasi di Gunung tersebut.
Ketua Satuan Pelajar Mahasiswa Pemuda Pancasila Kabupaten Madina, Panri Nasution bersama Sektretarisnya, Abdul Wahab Lubis menyatakan sikap penyesalan atas bungkamnya perusahaan dan cenderung tidak memiliki inisiatif meredakan keresahan warga atas isu pengeboran dan pengeboman itu sendiri.
“Tentu kita sangat kesal dengan sikap perusahaan yang bersifat bungkam dan tidak memberikan tanggapan mengenai rumor yang berkembang tersebut. Perusahaan harusnya bersikap terbuka, jangan diam seolah tidak terjadi apa-apa. Jangan buat masyarakat semakin panik,” tegas keduanya sepakat.
Dari pihak PT Sorik Marapi Geothermal Power melalui bagian Hubungan masyarakat, Adi Batubara, Rabu (3/5) tak ingin menanggapi isu yang menyebar bebas itu, melalui sambungan selular yang dihubungkan Metro Tabagsel. Alasan Adi, ia hirau dengan pernyataannya tidak sesuai dengan apa yang dituliskan nantinya.
“Saya halal, nantinya haram. Buat surat Pak, buat saja surat nanti dari sini kita balas tanggapannya terkait apa yang ditanyakan,” ungkapnya dari balik sambungan selular.(san/mt)
Sumber : Metro Tabagsel.com