Memperbanyak Akses Transportasi & Dampak Positif Bagi
Kabupaten Mandailing Natal
Oleh :
Harlan Batubara, SH / pemerhati transportasi
Banyaknya akses transportasi memasuki ke suatu daerah akan memberikan nilai plus terhadap daerah tersebut, terutama akses perekenomian, karena akes transportasi merupakan urat nadi perkenomian. Sektor ini akan menghapus kepincangan antara wilayah inti dengan wilayah pinggiran.
Ditinjau dari defenisi bahwa transportasi adalah alat yang digunakan untuk mengangkut manusia, hewan dan barang ketempat tujuan, atau memindahkan manusia, hewan ataupun barang dari tempat asal ketempat tujuannya dengan memakai suatu alat yang dapat digerakkan oleh makhluk hidup atau mesin. Dengan demikian ada beberapa manfaat dari transportasi yaitu :
- manfaat bagi ekonomi, untuk memenuhi kebutuhan manusia. Saat ini transportasi merupakan salah satu kegiatan yang menyangkut kebutuhan manusia yaitu dengan memindahkan manusia, hewan atau barang dari tempat asal ke tempat tujuan sehingga dapat terjadi transaksi (menyediakan jasa angkutan).
- manfaat untuk sosial, dapat menjadi pelayanan untuk masyarakat baik itu perorangan ataupun kelompok, memendekan jarak antaran tempat atau daerah, menyediakan jasa bagi perjalanan, pertukaran informasi dan lain-lain.
- manfaat untuk kewilayahan, dapat memudahkan dalam memenuhi berbagai macam kebutuhan bagi daerah-daerah khususnya daerah yang sedang mengalami pembangunan.
- manfaat untuk politis, menciptakan persatuan, dapat meningkatkan keamanan negara, pelayanan untuk masyarakat dapat diperluas dan mempermudah dalam mengatasi permasalahan misalnya seperti menuju lokasi bencana.
Sedangkan fungsi transportasi paling tidak adalah untuk memudahkan aktifitas manusia dalam kehidupan sehari-hari, untuk melancarkan arus barang maupun arus manusia, untuk menunjang perkembangan pembangunan pada suatu daerah dan untuk menunjang perkembangan ekonomi dengan jasa angkutan.
Guna memaximalkan manfaat dan fungsi transportasi tersebut Kabupaten Mandailing Natal telah berupaya untuk menambah akses transportasi memasuki daerah ini. Jika selama ini mulai dari zaman kolonial hanya memiliki tiga akses masuk utama yang terletak di Jalan Lintas Sumatera (Jalinsum) lintas tengah, yaitu dari arah utara (Kabupaten Tapanuli Selatan) dan arah selatan (Kabupaten Pasaman) serta di pantai barat jalur masuk dari Kabupaten Pasaman Barat, namun beberapa tahun ke depan akan ada pilihan jalur transportasi, baik jalan nasional maupun jalan provinsi. Setidaknya ada 4 akses masuk yang baru nantinya, jika Pemerintah Kabupaten bekerja sama dengan pemerintah pusat dan provinsi maka akses tambahan itu segera terwujud, akses transportasi tersebut adalah :
- 1. Jalan Lintas Sumatera (Jalinsum) jalur tengah.
Penghubung Provinsi Sumatera Utara dan Provinsi Sumatera Barat. Ruas ini berukuran sepanjang 110 KM, terbentang mulai dari Desa Sihepeng Kecamatan Siabu yang berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Selatan (sebelah utara) sampai ke Desa Ranjo Batu Kecamaran Muara Sipongi yang berbatas dengan Kabupaten Pasaman (sebelah selatan). Jalan ini sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda. juga merupakan penghubung utama Pulau Jawa dan Pulau Sumatera, merupakan akses utama sepanjang masa.
- Jalan Lintas Sumatera (Jalinsum) jalur pantai barat.
Juga menghungkan Provinsi Sumatera Utara dan Provinsi Sumatera Barat di wilayah pantai barat, tepatnya terbentang dari Desa Tandikek Kecamatan Rantobaek yang berbatasan dengan Kabupaten Pasaman Barat (sebelas selatan) sampai ke Desa Batu Mundon Kecamatan Muara Batang Gadis berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Selatan (sebelah utara) dengan panjang keseluruhan 140 KM, jalan ini mulai dirintis pada tahun delapan puluhan dengan kondisi jalan tanah, pada tahun 2008 pemerintah pusat mulai mengucurkan anggaran untuk peningkatan kwalitasnya dengan hotmix dan lebar sesuai standar jalan nasional, dimulai dari perbatasan dengan Kabupaten Pasaman Barat, seluruh Kabupaten Madina sudah selesai, karena pekerjaan yang berkelanjutan sudah sampai di Batu Mundom Kecamatan Muara Batang Gadis.
Untuk memacu pelaksanaanya Balai Besar Pelaksana Jalan Nasional (BBPJN) wilayah I Medan meluncurkan pola multy years, pembangunannya berlangsung tiga tahun berturut-turut yang mulai dikerjakan sejak 17 Desember 2015 untuk ruas Tabuyung – Batu Mundom 43 KM dan Batumundom – Raniate 42 KM, ditargetkan akan selesai pada akhir Desember 2018 mendatang. Jalurnya melintasi wilayah perkebunan terutama kelapa sawit, pertanian, Danau Siais, pemukiman, dan pinggiran Pantai Barat atau Samudera Indonesia, dengan topografi sebagian besar dataran rendah.
Dengan dituntaskannya pembangunan ruas jalan tersebut, potensi alam Pantai Barat akan menjadi tujuan wisata semakin mudah dijangkau dimasa mendatang.
Jalan ini merupakan bagian dari lintas Simpang Empat – Sibolga yan akan melintasi Manisak Kecamatan Ranto Baek, Simpang Gambir, Natal, Tabuyung, Singkuang Kecamatan Muara Batang Gadis, dilanjutkan ke Danau Siais dan keluar di Kebun Hapesong PT.PN III Kecamatan Batang Toru Kabupaten Tapanuli Selatan.
- Jalan ruas Muara Pungkut – Simpang Banyak – Batas Sumbar.
Sesuai dengan namanya juga menghubungkan dengan Kabupaten Pasaman. Ruas ini terbentang dari Desa Muara Pungkut Kecamatan Kotanopan, Desa Simpang Banyak Julu Kecamatan Ulupungkut sampai perbatasan Sumbar di Kabupaten Pasaman di kaki Gunung Kulabu, panjang jalan ini adalah 33 KM, kondisi saat ini sudah hotmix sampai pada KM 24 di Desa Simpang Banyak Julu. Topograpinya terdiri bukit dengan ketinggan dari permukaan laut (DPL) 1.200 meter merupakan sentra perkebunan kopi, banyak tikungan dan cendrung tidak bisa dilewati kenderaan tonage 8 ton, karena di beberapa bagian tertentu sulit untuk dilebarkan. Pada awalnya status jalan ini adalah jalan kabupaten, tetapi untuk peningkatan karena aksesnya menghubungkan dua kabupaten dan dua provinsi, maka pada tahun 2006 Pemerintah Kabupaten Mandailing Natal menyerahkan ke Pemprov. Sumut yang dikelola oleh Dinas Bina Marga Provinsi. Di Kabupaten Pasaman jalan ini akan bertemu dengan jalan ruas Panti – Simpang Empat tepatnya di KM 30 Simpang Tigo Andilan, dari simpang ini ke utara akan melewati Kenagarian Simpang Tonang sampai Jorong Kampung Salamat dan Simpang Dingin di perbatasan Prov. Sumut, dengan panjang 16 KM. Jika ruas ini bisa digunakan akan mengurangi jarak tempuh Panyabungan – Simpang Empat (via Muara Sipongi) yang berjumlah 182 KM, maka jarak Panyabungan – Simpang Empat (via Ulu Pungkut) hanya 136 KM. Dengan demikian tranportasi ke Padang juga semakin dekat dan mudah melalui Simpang Empat dan Jalan Manggopoh.
- Jalan tembus Kabupaten Mandailing Natal – Kabupaten Padang Lawas.
Ruas ini belum tembus dan sudah lama menjadi wacana. Sesuai rencana jalan tembus ke Kabupaten Padang Lawas akan dimulai dari Desa Pagur Kecamatan Panyabungan Timur sampai ke Desa Hapung Kecamatan Sosa, diperkirakan jalan yang akan ditembus mencapai 47 KM. Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi sebelum bisa dikerjakan fisiknya, antara lain kesepakatan antara Pemkab. Madina dan Pemkab. Padang Lawas untuk sama-sama membuka akses ini. Karena ruas yang direncanakan sebagian berada di kawasan hutan tentu harus ada izin pinjam pakai kawasan hutan dari Menteri Kehutanan dengan salah satu persyaratannya rekomendasi dari Gubernur Sumatera Utara dan terlebih dahulu ada pertimbangan tehnis oleh Dinas Kehutanan Provinsi, jika ketiga dokumen ini belum dimiliki maka belum dimungkinkan dibuka.
Di Kabupaten Palas rencana pembangunan jalan tembus ini terus dipersiapkan. Bahkan Pemkab. Palas sudah menggandeng Universitas Gadjah Mada (UGM) untuk melakukan kajian kelayakannya mulai Juni 2015, untuk menyiapkan kajian secara akademis, kelayakannya secara ekonomis, dan juga berbagai kajian lainnya.
Dengan adanya kajian itu, diharapkan akan menjadi alat untuk menguatkan alasan atau dasar bagi Pemkab Palas untuk mendapatkan anggaran serta izin penggunaan lahan dari pemerintah pusat. Sebab, jarak sekitar 47 KM yang akan ditembus saat ini berstatus hutan lindung dengan topograpi terdiri pegunungan di antara Bukit Barisan.
Sebelumnya, berbagai cara sudah dilakukan Pemkab Palas untuk mendapatkan izin pemanfaatan lahan tersebut. Bersama Bupati Madina, usulan pemanfaatan lahan itu sudah pernah diajukan ke Menteri Kehutanan.
Juga telah dilaksanakan program Tentara Manunggal Membangun Desa (TMMD) oleh Kodam I Bukit Barisan dan sudah dibicarakan usulan pemanfaatkan lahan tersebut ke Menteri Kehutanan.
Selain membuka simpul ekonomi, pemanfaatan lahan yang tidak masuk status kawasan hutan juga bisa dimanfaatkan. Bahkan persoalan peredaran ganja yang selama ini diduga terselubung dari daerah ini akan lebih mudah terpantau. Di sisi lain, tentu daerah-daerah yang saat ini masih terpencil, dengan terbuka akses ini akan berubah maju. Daerah-daerah baru juga akan bermunculan, kalau akses sudah ada lama tempuh tidak sampai satu jam jalan ini sudah bisa dilalui, sekarang jarak yang harus ditempuh mencapai 180 kilometer dengan harus melewati Padangsidimpuan.
- Jalan ruas Batahan – Batusondat.
Ruas ini terletak di Kecamatan Batahan dengan panjang 47 KM, di sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Ranah Batahan Kabupaten Pasaman Barat. Sebagian besar ruas jalan ini merupakan jalan yang dibuka dan berada dalam areal PT.PN IV.
Prospek ke depan yang diharapkan jika ditingkatkan baik kwalitas dan statusnya dimungkinkan menjadi jalan provinsi, karena hanya menyambung ruas jalan Provinsi yang sudah ada yakni Pulo Padang – Batahan, dan kemungkinan ke Pelabuhan Palimbungan.
Perlu menjadi perhatian jika Palimbungan sudah beroperasi dengan kegiatan mobilisasi Crude Palm Oil (CPO) maka pengusaha sawit yang ada di Kabupaten Pasaman Barat tentu akan berpikir secara ekonomi untuk memanfaatkan Pelabuhan Palimbungan ketimbang Teluk Bayur, karena jarak sangat dekat. Hal ini potensial karena jarak tempuh tersebut, sekarang ini di Kabupaten Pasbar terdapat 17 pabrik kelapa sawit.
Sesuai dengan arti, manfaat dan fungsi dari transportasi tersebut, maka semakin banyak akses memasuki daerah ini akan semakin memiliki daya saing dengan daerah lain, tetutama daya saing dan peluang aspek perekonomian, kawasan yang akan dilalui akses transportasi baru tersebut semuanya potensial untuk dikembangkan, Jalinsum lintas pantai barat misalnya memiliki potensi perkebunan, destinasi pariwisata, sedangkan Jalan Muara Pungkut -Batas Sumbar dan Pagur – Batas Palas potensial untuk perkebunan di daerah bukaan baru, terutama holtikultura dan perkebunan kopi.
Ke depan akan dimiliki beberapa akses masuk yakni dua dari utara yaitu dari Sihepeng dan Batu Mundom, satu dari timur yaitu Pagur dan tiga dari selatan yaitu Muara Sipongi, Manisak dan Simpang Banyak. ………