bbnewsmadina.com, – Mandailing Natal, Menyikapi Potret Kehidupan Keluarga Miskin di Madina memang suatu sudut pandang yang harus di kaji dengan benar – benar, agar kehadiran Pemerintah itu dirasakan oleh masyarakat.
“Dimana hingga tahun ini, jumlah penduduk miskin Mandailing Natal sebanyak 41.040 atau 8,86 persen dari jumlah penduduk. Kalau misalnya satu Desa rata-rata berjumlah 200 KK, maka jumlah itu setara dengan 205,2 Desa. Itu bukan angka yang kecil,” ungkap Erwin Efendi Lubis kepada media Minggu (13/10/24).
Ketua DPC Partai Gerindra Mandailing Natal itu pun menjelaskan bahwa sebagian besar faktor kemiskinan itu karena ketidakberdayaan sekelompok masyarakat di hadapan sistem (kemiskinan struktural).
“Artinya, Pemerintah belum sepenuhnya mampu membuat program-program yang signifikan untuk pemulihan kualitas hidup warganya. Bukan hanya sebatas pemenuhan makanan, tetapi juga non-makanan.”
“Masalah kemiskinan bukan masalah sepele. Hidup itu cuma sekali. Ketika seseorang menjalani hidup yang hanya sekali itu dengan kualitas yang tidak layak, Pemerintah tidak bisa mengelak seolah-olah itu bukan tanggung jawabnya,” tegas Erwin Efendi Lubis.
Beliau melanjutkan beberapa kelompok masyarakat memang acapkali terabaikan oleh sistem.
“Petani misalnya, kita anggap mereka semua memiliki lahan, padahal lebih banyak yang hanya penyewa, atau malah buruh tani. Kelompok buruh tani itu tidak butuh pupuk, misalnya. Karena itu, sebanyak apapun pupuk bersubsidi yang kita gelontorkan untuk petani, tidak akan menyentuh kualitas hidup buruh tani.”
“Maka dari itu saya berharap kedepan Pemerintah benar benar dapat memberikan kehidupan kepada masyarakat miskin di Madina, karena sejatinya Pemerintah itu hadir untuk mensejahterakan masyarakatnya,” pungkas Erwin Efendi Lubis.
Di sisi lain, Sarifah Aini Damanik bersama suami dan ketiga anaknya terpaksa harus berusaha sendiri mencari hutangan ke warung-warung tetangganya. Hal ini dikarenakan kondisi ekonomi keluarga saat ini tak mampu mencukupi kebutuhan sehari-hari.
Suami Sarifah yang bekerja hanya sebagai buruh serabutan pun memperparah kondisi ekonomi mereka. Bahkan, keluarga ini lebih sering menahan lapar karena tak mendapatkan hutangan.
“Mau tak mau lah. Sering hutang ke warung-warung tetangga. Kadang satu kilo beras, kadang pun tak dikasih. Tapi lebih sering karena tak punya uang, tahan lapar saja lah,” ungkap Sarifah kepada wartawan, Minggu (13/10/2024).
Keluarga ini tinggal di rumah berlantaikan tanah dan tak layak huni. Ironisnya keluarga ini tinggal di Ibu Kota Kabupaten Mandailing Natal (Madina), Panyabungan. Dan berdekatan dengan hotel El Sunan yang diketahui milik salah satu pejabat di Kabupaten Madina.
“Sampai sekarang hampir tidak pernah ada perhatian dari pemerintah daerah. Tapi kami tetap harus berusaha untuk bertahan hidup,” jelas Sarifah.
Sarifah pun menceritakan, nasib pendidikan ketiga anak-anaknya pun kini terancam, karena keterbatasan biaya tak bersekolah.
“Tidak bersekolah. Mau bagaimana lagi. Tidak ada biaya untuk bersekolah. Bisa makan hari ini saja kami sudah bersyukur,” ungkapnya dengan berlinang air mata.
Sarifah pun berharap kondisi keluarga mereka bisa menjadi perhatian dari Pemerintah Kabupaten Madina. Sehingga mereka bisa dibantu untuk mendapatkan modal usaha. Agar mereka bisa berusaha memperbaiki kehidupan ekonomi keluarga mereka. (DN)