Siabu, (BBNews).
Program Pemkab Mandailing Natal dalam merealisasikan Maqrib Mengaji di seluruh desa mulai mendapat sambutan dengan ditetapkannya Desa Lumban Dolok Kecamatan Siabu sebagai kampung Al-Qur’an. Penetapan Desa Lumbandolok sebagai kampung Al-Qur’an mendapat sambutan yang serius dari seluruh elemen masyarakat, termasuk dukungan dari para perantau asal Desa Lumban dolok.
Penetapan Desa Lumban dolok sebagai Kampung Al-Qur’an dan penerapan Magrib mengaji berada pada 12 titik rumah pada setiap lingkungan tersebar pada penjuru desa,sehingga antara waktu Magrib-Isya tidak ada lagi yang terdengar kecuali suara anak-anak yang mengaji di rumah,musalla dan mesjid.
“Pada rentang waktu tersebut, saya perintahkan agar masyarakat menghentikan siaran televisi dan hanya focus kepada pe-lajaran Al-Qur’an,” ujar Kepala Desa Lumbandolok Zulhakim Hasibuan Minggu lalu bekaitan pembukaan kompetisi turnamen bolakaki remaja di desa itu.
Menurut Zulhakim, selain program Magrib mengaji juga sedang digiatkan kompetisi olahraga bola kaki. Kedua program menurutnya sama-sama bertujuan untuk membasmi penyakit remaja dan penyakit masyarakat.
“Dengan digiatkannya berbagai program di desa ini ke-nakalan remaja dapat diminimalisir yang pada akhirnya nanti penyakit masyarakat itu akan terkikis habis,” ujar Kades yang juga gemar berolahraga tersebut.
Penerapan Magrib mengaji ini bukan hanya mendapat dukungan dari masyarakat desa setempat, tetapi tidak kalah kuatnya dukungan dari para perantau baik di Medan maupun di Jakarta termasuk dukungan dari Komjen Pol. Saud Usman Nasution. Tetapi menurut Zulhakim, para perantau dari desa ini bukan hanya desa mereka yang diterapkan Magrib mengaji, namun seluruh desa-desa di Kabupaten Mandailing Natal diterapkan program berlan-daskan ajaran agama Islam ini.
Menyinggung kesiapan dari para guru baca Al-Qur’an tersebut dijelaskan Zulhakim tergolong memadai, rata-rata didominasi alumni Pesantren Musthafawiyah yang sudah berpengalaman baik sewaktu di bangku pendidikan maupun setelah di berbagai daerah setelah lulus dari pesantren.
Sistem yang diterapkan dalam memberi pendidikan membaca Al-Qur’an yakni di rumah-rumah 40-50 murid dan yang dimesjid atau musalla 20-30 murid dalam setiap guru. Selain pelajaran membaca Al-Qur’an juga diterapkan pelajaran fardu ain yang dianggap sangat perlu bagi masyarakat.
Tindak lanjut daripada itu diharapkan kehadiran sejumlah tenaga pendidik baca Al-Quran yang berpengalaman.
Asisten II Etbang Pemkab Madina Drs. H. AM. Syafe’I Lubis, Msi secara terpisah me-nyebutkan, pada dasarnya program Magrib mengaji Al-Qur’an tersebut untuk me-ngarahkan para remaja Madina ke arah perbuatan positif, dimana pada akhir-akhir ini seperti sama-sama kita lihat anak-anak sudah banyak yang tidak terkontrol. Adanya program Magrib mengaji sebagai langkah untuk pencegahan agar para remaja kita lebih terbimbing dan dapat diarahkan kepada prilaku santun dalam bermasyarakat.
Menyinggung tentang metoda yang akan diambil menurut Syafei’I Lubis, sudah diminta dari Kantor Kemenag Mandailing Natal, Pemkab Madina tinggal menyusun pola yang akan diterapkan. Dari putra terbaik Desa Lumban Dolok Komjen Pol. Saud Usman Nasu-tion misalnya, telah menyum-bang 1.700 Al-Qur’an untuk desa ini.
Salah seorang guru, Ali Nasution mengatakan, sebanyak 12 titik tempat pengajian antara Magrib dan Isya, masing-masing telah ada gurunya. Anak didik yang berada pada tingkat belajar Al-Qur’an akan dilakukan mengaji bersama di mesjid, dan dalam pengajian ini sangat perlu sekaligus diberi pelajaran ritme alunan ayat-ayat suci, sehingga dapat diandalkan pada setiap lomba baca Al-Qur’an. Tenaga pengajar dibidang ini jumlahnya masih sangat minim, ujar Ali Nasution. (kanas).