Sekilas Tentang Organisasi Budi Utomo (Bagian 2)

Oleh: Ahmad Muhajir

Penulis Merupakan Dosen Sejarah, Universitas Andalas, Padang, Sumatera Barat

Organisasi Budi Utomo, sejarah Budi Utomo, pendirian Budi Utomo, tujuan Budi Utomo, kepengurusan Budi Utomo
Sumber Gambar: Gramedia.com

Tepuk tangan meriah menandai lahirnya organisasi tersebut. Wanita dan pria berkumpul di aula STOVIA tidak hanya para siswa di sekolah, tetapi juga mahasiswa dari Fakultas Pertanian dan Peternakan Bogor, Sekolah Pegawai Negeri Sipil di Magelang dan Probolinggo, Pelajar SMP Petang di Surabaya, dan sekolah pendidikan guru asli di Bandung, Yogyakarta, dan Probolinggo (Akira Nagazumi, 1989). Seputar siapa yang hadir dalam rapat pembentukan Budi Utomo pada 20 Mei lalu Pada tahun 1908, Parakirti T. Simbolon menyatakan bahwa mereka adalah mahasiswa yang berusia antara 19 – 22 tahun dan berasal dari tujuh sekolah menengah di Jawa antara lain: Sekolah Kebudayaan (Bogor), OSVIA (Magelang, Probolinggo), Normalschool (Yogyakarta, Bandung, Probolinggo), dan HBS (Surabaya). (Parakirti. T. Simbolon, 1991: 232) Memanggil mahasiswa STOVIA dengan cepat menyebar ke seluruh Jawa.

Adapun susunan kepengurusan adalah sebagai berikut:

Ketua: R. Soetomo

Wakil Ketua: M. Soelaiman

Sekretaris I: Soewarno

Sekretaris II: M. Goenawan

Bendahara: R. Angka

Komisaris: M. Soewarno, M. Muhammad Saleh, M. Soeradji, M. Goembrek.

Nama organisasi Budi Utomo adalah atas usul M. Soeradji yang kemudian diterima dengan baik oleh kawan-kawannya. Pengajuan nama tersebut karena dilatarbelakangi dengan peristiwa ketika Dr. Wahidin Sudirohusodo hendak ke Banten dan singgah di STOVIA, Soetomo memberikan komentar terhadap usaha Dr. Wahidin Sudirohusodo untuk mempropagandakan adanya studiefonds, antaralain demikian: “Menika satunggaling padamelan sae sarta nelakaken budi utami”. (Itu suatu pekerjaan baik dan menunjukkan budi yang utama). Kata “budi utami” adalah bentuk kromo dari pada “budi utomo”. Sebetulnya ada dua nama yang oleh M. Soeradji diusulkan untuk nama organisasi tersebut yaitu “Eko Proyo”, dan “Budi Utomo”. Namun yang dipakai adalah yang terakhir, hal ini juga dikaitkan dengan sebuah penghormatan terhadap tokoh yang mempunyai gagasan dan mencetuskan adanya ide pembentukan organisasi di STOVIA, yaitu Soetomo (Drs. S.Z. Hadisutjipto, 1996/1997).

Langkah pertama yang dilaksanakan setelah organisasi Budi Utomo berhasil didirikan antara lain mengadakan hubungan dengan pelajar-pelajar di kota-kota lain seperti di Sekolah Pertanian Bogor, Kweekshool Bandung, Kweekschool Yogyakarta, OSVIA (Opleiding Shool voo Inlandsche Ambtenaren) Magelang, sehingga cabang-cangan Budi Utomo segera berdiri di kota-kota tersebut.

Pembentukan cabang Budi Utomo di Magelang langsung ditangani oleh Soetomo dan beberapa orang pengurus. Dari Magelang Soetomo terus ke Temanggung menemui Bupati Tjokro Adi Koesoemo. Sedangkan dengan R.M.A.A. Koesoemo Oetojo (Bupati Jepara) dan Pangeran Achmad Djajadiningrat (Bupati Serang) dicapai malalui surat. Serta pertemuan dengan P.A.A Koesoemo Joedo dilangsungkan oleh Soetomo di rumahnya di Weltevreden sebelum Soetomo berangkat ke Magelang. M. Muhammad Saleh mendapat tugas ke Jepara menemui para putri adik R.A. Kartini.

M. Goenawan ke Karang Anyar menemui Bupati R.A. Tirto Koesoemo. (Drs. S.Z. Hadisutjipto, 1996/1997). Begitu pesat dan suksesnya sosialisasi yang dilakukan oleh Soetomo dan kawan-kawan untuk mendukung Budi Utomo, maka sampai dengan bulan Juli 1908 jumlah anggota Budi Utomo telah mencapai 650 orang. (Akira Nagazumi, 1989).

Tugas yang diemban oleh Soetomo dan teman-teman setelah berdirinya Budi Utomo sangatlah berat. Konsekuensi sebagai pengurus organisasi tersebut diperlukan pengorbanan yang tidak ringan. Hal ini dilatarbelakangi bahwa mereka masih berstatus sebagai pelajar yang harus memikirkan tugas belajarnya disamping harus memperjuangakan kehidupan organisasi yang didirikannya. Oleh karena itu Soetomo berpendapat bahwa Budi Utomo akan berjalan sesuai dengan yang direncanakan apabila dipimpin oleh orang yang sudah berpenghasilan dan berpengalaman. Oleh karena itu Soetomo dan teman-temannya berkeinginan agar organisasi bentukannya itu segera mengadakan kongres untuk secara resmi menjadikan organisasi Budi Utomo sebagai organisasi bagi seluruh masyarakat Jawa (Algemene Javaansche Bond).

Disamping itu usaha menarik anggota sebanyak mungkin juga dilakukan. Dengan semboyan Java Vouruit (Jawa Maju) dan Santosa Waspada Anggajoeh Oetomo (upaya mencapai kesempurnaan dengan tuguh dan waspada), Budi Utomo berhasil mengajak hampir seluruh siswa sekolah menengah di Jawa. Bahkan secara khusus Soewarno sebagai sekretaris menyiarkan cita-cita dan program Budi Utomo melalui Bataviaasch Nieuwsblad (17 Juli 1908) dan De Locomotief (24 Juli 1908). Dalam siaran ini disebutkan secara eksplisit bahwa tujuan umum Budi Utomo adalah “Kemajuan Bagi Hindia”, jadi bukan hanya Jawa saja (Parakirti T. Simbolon, 1991.

Editor : BMP
COPYRIGHT © bbnewsmadina.com 2023

Tinggalkan Balasan

error

Enjoy this blog? Please spread the word :)