Bupati Tapsel Ajak Semua Pihak Untuk Perjuangkan Kopi Arabika Sipirok Agar Semakin Dikenal Dunia

BUPATI MADINA DPRD copy

 

IMG 20210729 WA0001

Bupati Tapanuli Selatan (Tapsel), H.Dolly Pasaribu, SPt, MM saat penanaman perdana kebun demontration plot (Demplot) atau lahan percontohan Kopi Arabika Sipirok di Desa Aek Sabaon, Kecamatan Marancar, Kabupaten Tapsel, Rabu (28/7). (Foto:Ty)

bbnewsmadina.com, Bupati Tapanuli Selatan (Tapsel), H.Dolly Pasaribu, SPt,MM, mengajak semua pihak untuk memperjuangkan Kopi Arabika Sipirok semakin dikenal dunia. Bupati mengetahui bahwa penikmat kopi, sudah cukup mengenal kopi kebanggaan Tapanuli Selatan, yakni varietas Kopi Arabika Sipirok. Dan kopi ini tidak hanya dikenal di Tapanuli Bagian Selatan (Tabagsel) saja, namun sudah menjadi citra bagi penikmat kopi Nasional dan semua pihak agar dapat memperjuangkannya hingga semakin populer di kancah Internasional.

“Bila perlu setiap orang ingin menikmati kopi, yang langsung tertanam, teringat dan terpikir bahwa kopi yang mantap itu adalah Kopi Arabika Sipirok. Jadi peluang Kopi Arabika Sipirok untuk menjadi tenar akan semakin besar,” ujar Bupati disela penanaman perdana kebun demontration plot (Demplot) atau lahan percontohan Kopi Arabika Sipirok di Desa Aek Sabaon, Kecamatan Marancar, Kabupaten Tapsel, Rabu (28/7).

Hadir bersama Bupati pada penanaman perdana, Kadis Pariwisata Abdul Saftar, Kadis Pertanian Bismark Maratua, Ka BKD Ahmad Suaib Harianja, Camat Marancar Supri Siregar dan Kepala Desa se-Kecamatan Marancar.

Bupati minta kepada semua pihak untuk menjadi “pemasar” Kopi Arabika Sipirok ini. Semua demi tercapainya cita-cita Kopi Arabika Sipirok menjadi kerinduan masyarakat Indonesia juga dunia. Bupati melihat langkah yang diambil dalam mempromosikan Kopi Arabika Sipirok saat ini, cenderung belum menyatu utuh.

Namun Bupati yakin, jika para petani, Masyarakat Pelindung Indikasi Geografis Kopi Arabika Sipirok bekerja sama untuk selalu mengkampanyekan kopi ini, maka citra kopi terbaik itu bisa menempel dan tertanam di masyarakat, seluruh topik masyarakat sama yaitu Kopi Arabika Sipirok maka sejalan dengan itu tingkat kesejahteraan masyarakat akan meningkat.

Bupati juga sempat bercerita sewaktu dia menimba ilmu di perguruan tinggi di Aceh. Rata-rata, rekan sesama mahasiswanya menganggap kopi paling enak adalah jenis “Ulee Kareng” (khas Aceh). Bahkan, waktu itu Bupati sempat heran melihat Budaya masyarakat Aceh yang hampir tiap malam meneguk kopi. Rasanya kalau ngga ngopi itu ada yang kurang. Kemudian, Bupati sempat bekerja di satu Bank Swasta di Kota Medan persisnya di Jalan S Parman.

Di depan Bank tempatnya bekerja, berdiri sebuah restoran masakan khas Italia. Bupati yang menjabat sebagai marketing, ingin lakukan kerjasama dengan restoran tersebut, supaya ketika pelanggan hendak membayar makanan, setidaknya bisa gunakan kartu milik Bank tempatnya bekerja.

Ketika berkunjung ke restoran itu, Bupati melihat menu dan menyaksikan jika harga kopi seloki waktu itu tahun 2005 sudah sangat mahal, bayangkan bila restoran itu bertahan sampai saat ini akan berapa lagi harga kopi tersebut. Begitu juga dengan tren di kalangan anak muda yakni, ngopi di Cafè. Bupati mengaku sempat beberapa kali datang ke ‘Starbucks, Excelso, Maxx Coffee’, mengopi sudah menjadi tren di masyarakat. Bisa dibayangkan Kopi Arabika Sipirok dipasok oleh mereka, artinya di seluruh outlet mereka yang ada di seluruh dunia akan ada sajian, “Kopi Arabika Sipirok”.

“Jadi, saya kira fenomena kopi ini sangat menarik. Karena orang sekarang terutama di Tapsel, saya rasa tidak ada orang yang tak minum kopi,” imbuh Bupati.

Sementara, Ketua MPIG Kabupaten Tapsel, Suryadi, mengatakan, Kopi Arabika Sipirok telah mendapat pengakuan beserta hak intelektual kekayaan berbentuk sertifikat sejak 2018 lalu. Usai mendapat sertifikat, MPIG Tapsel yang dibentuk pada 2014 lalu, membawa Kopi Arabika Sipirok mengikuti festival kopi di Medan.

“Dan Alhamdulilah, Kopi Arabika Sipirok meraih juara pertama kopi terbaik se-Sumatera Utara (Sumut),” katanya.

Kesuksesan serupa juga berhasil diulang Kopi Arabika Sipirok pada festival kopi yang diselenggarakan di pelataran Kantor Gubernur Sumut April 2019 lalu. Di mana, saat itu “Bumbu Kopi” dan “PDM Kopi” yang mewakili untuk membawa Kopi Arabika Sipirok. Alhasil, Kopi Arabika Sipirok sukses menyabet gelar juara pertama dengan predikat kopi terbaik se-Sumut.

“Sedangkan pada HUT Kota Tebingtinggi pada tahun yang sama tepatnya di bulan Desember, kita juga ikuti festival makanan dan kopi yang diwakili PDM kopi. Di situ, Kopi Arabika Sipirok juga mendapatkan nilai tertinggi sehingga layak meraih juara pertama,” terangnya.

Untuk diketahui, program MPIG itu salah satunya membuka Demplot yang ditujukan ke para petani untuk belajar membudidaya Kopi Arabika. Jadi Kopi Arabika Sipirok itu tersebar di enam kecamatan yang ada di Tapsel yakni di Marancar, Sipirok, Arse, Angkola Timur, Saipar Dolok Hole, dan Aek Bilah.

Di setiap kecamatan itu nanti akan dibuat Demplot seperti di Desa Aek Sabaon yang saat ini akan dilakukan tanam perdana. Selanjutnya pada Agustus nanti, pihaknya akan menanam Demplot yang nantinya dimusyawarahkan dahulu di kecamatan mana yang akan ditanam Demplot. Dia inginkan program MPIG itu dapat berjalan lancar agar masyarakat di kecamatan tidak jauh lagi untuk belajar membudidayakan kopi.

“Karena waktu kami belajar kopi itu sampai ke beberapa provinsi termasuk ke Jambi dan Aceh. Namun petani ini tidak semua punya kemampuan untuk belajar kopi. Maka dengan adanya Demplot di setiap enam kecamatan, para petani kopi akan lebih mudah untuk membudidayakan kopi,” tandasnya. (Ty)

Tinggalkan Balasan

error

Enjoy this blog? Please spread the word :)