bbnewsmadina.com – Viral aplikasi wajah tua FaceApp ternyata membuat resah para politisi Amerika Serikat (AS). Bahkan salah satu senator AS meminta Federal Bereau Investigation (FBI) untuk turun tangan dan lakukan investigasi.
Hal yang dipermasalahkan soal risiko keamanan dan privasi nasional karena pembuat FaceApp merupakan startup Rusia.
“Lokasi FaceApp di Rusia menjadi pertanyaan, tentang bagaimana dan kapan perusahaan menyediakan akses data warga AS ke pihak ketiga, termasuk potensi pemerintah asing,” ujar Pimpinan Senat AS Chuck Schumer, AFP melaporkan dan dikutip CNBC Indonesia, Kamis (18/7/2019).
“itu bisa menjadi masalah besar, jika informasi personal yang bersifat sensitif dari warga AS, diberikan pada asing yang terlibat perseteruan cyber dengan Amerika Serikat,” tambahnya
Pengembang FaceApp, Wireless Lab, berkantor di Skolkovo, sebuah kota yang dijuluki sebagai Silicon Valley Rusia. Lokasinya tak begitu jauh dari Rusia. Fakta ini telah membuat khawatir Partai Demokrat AS.
Partai Demokrat memang sensitif terhadap Rusia. Para anggota partai ini pernah menjadi target dari hacker Rusia pada pemilu presiden 2016. tahun depan akan berlangsung pemilu presiden 2020.
Otoritas AS juga khawatir akan penyalahgunaan data milik jutaan warga AS oleh perusahaan asing. Hal ini terlihat pada perusahaan China, Grindr yang mendapat tekanan dan memilih untuk menjual aplikasinya pada Juni 2020.
Diselimuti kontroversi
FaceApp adalah aplikasi entertainment yang bisa membuat wajah penggunanya lebih tua atau lebih muda. Saat ini, FaceApp menjadi aplikasi gratis yang paling banyak diunduh di Google Play, dengan lebih dari 100 juta pengguna, padahal aplikasi tersebut sudah diluncurkan dua tahun lalu.
CEO FaceApp Yaroslav Goncharov mencoba untuk meredakan kekhawatiran para politisi AS dengan mengatakan pemerintah Rusia tidak memiliki akses apapun ke data pengguna.
Kepada The Washington Post, Yaroslav Goncharov juga mengatakan sebagian besar foto segera dihapus dari server dalam 48 jam, dan menyebut aplikasi itu tidak memanfaatkan foto pengguna untuk tujuan lain.
Kontroversi FaceApp bukan kali ini saja terjadi. Pada awal peluncuran 2017 silam, Facebook memiliki fitu ‘hot’ yang secara otomatis mencerahkan wajah pengguna, memicu tuduhan rasisme.
Pada tahun yang sama, pengembang FaceApp terpaksa menghapus filter yang memungkinkan pengguna mengubah etnis mereka, karena menyamakan aksi becandaan ini sebagai ‘digital blackface’.
Pekan lalu, Yaroslav Goncharov mengomentari viralnya aplikasi itu dalam posting Facebook. “Menyusul Instagram dan WhatsApp sekali lagi? Suatu hal kecil tapi menyenangkan,” tulisnya.