PEMENTASAN DRAMA “SIBAROAR RAJA NASAKTI” GELAR SUTAN DI ARU, SUKSES

Panyabungan-BBNewsmadina.com

Pementasan Drama “Sibaroar Raja Nasakti” Gelar Sutan Di Aru atau akrab dipanggil “Sibaroar”, yang dikaitkan dengan rangkaian kegiatan memeriahkan HUT Madina ke-18 Tahun 2017, di Anjungan Taman Raja Batu Panyabungan, Jumat malam (10/03), berlangsung sukses dan mampu memukau sekaligus menghipnotis ribuan penonton yang menyaksikannya dengan decak kagum dan aplus gemuruh.

Ditengah-tengah jubelan penonton yang antusias itu nampak hadir, Wakil Bupati HM Ja’far Sukhairi Nasution, Sekda Drs HM Syafei Lubis M.Si, Kabid Kebudayaan M. Yunus Lubis S.Sos, para SKPD dan pejabat lainnya. Sementara Bupati Madina Drs H Dahlan Hasan Nasution dan Ibu Ketua TP PKK Ny Ika Desika menyaksikan dari seberang Aek Singolot. Ada juga nampak Ketua FPPAB Madina H Mangaraja Kumala Oloan Nasution, Sekretaris FPPAB Sutan Pandu Sakti Nasution SH, para tokoh adat, tokoh masyarakat dan undangan lainnya.

       Awalnya drama ini adalah atas keinginan Bupati Madina Drs H Dahlan Hasan Nasution, untuk mempublikasikan Sibaroar selaku nenek moyang/leluhur marga NASUTION yang terkenal sangat fenomenal kepemimpinannya, dipersiapkan untuk mengisi rangkaian acara “Malam Pesona Mandailing Natal” di Pekan Raya Sumatera Utara Tahun 2017 akhir Maret nanti.

       Lalu Dinas Pendidikan & Kebudayaan melalui Kabid Kebudayaan menggandeng Tim Kreatif “Djeges Art” pimpinan Askolani-II dibawah koordinasi Forum Pelestarian dan Pengembangan Adat Budaya (FPPAB) Madina agar tidak lari dari alur dan esensi ceritanya.

Setelah dua kali FPPAB persentase dihadapan Tim “Djeges Art”, termasuk kompromi dengan pihak marga Pulungan agar jangan ada tampilan nuansa  kekejaman Raja Pulungan terhadap Sibaroar tapi diganti dengan polesan kebaikan hati dan lainnya. Lalu “Djeges Art”, lembaga kreatif seni budaya yang diyakini profesinalismenya dalam berbagai pengembangan seni budaya Mandailing Natal, berperan mulai dari menulis naskah hingga pementasan dramanya, sedang pemainnya diambil dan dilatih dari siswa-siswa SMK Namira Husada, Panyabungan.

Karenana keterbatasan durasi yang ketat, akhirnya Askolani-II dalam naskahnya hanya menceritakan sepenggal masa kecil kehidupan Sibaroar. Dimulai ketika Raja Pulungan didampingi Permaisuri dan para Hulubalang berburu di hutan dan bertemu orang bunian. Mereka mengejarnya, dan menemukan seorang anak di atas batu di tepi sungai. Anak itu kemudian dibawa ke kerajaan dan diasuh oleh Saua.

Pada awalnya Raja Pulungan dan Permaisuri sangat menyukai anak itu karena sudah tampak memiliki ciri-ciri seorang putra bangsawan. Apalagi Raja Pulungan juga belum memiliki putra mahkota. Tetapi setelah permaisuri melahirkan putra mahkota yang bernama “Sutan”, Sibaroar menjadi momok bagi istana. Sebab, lingkungan istana dan orang banyak ternyata lebih menyukai Sibaroar daripada Sutan. Hal itu membuat Raja Pulungan dan Permaisuri takut kalau kelak Sibaroar yang akan diangkat menggantikannya, bukan anak kandungnya Sutan.

Maka disusunlah rencana untuk membunuh Sibaroar. Dalam acara pendirian Sopo Godang, ditetapkanlah Sibaroar menjadi tumbal tiang tengah dari Sopo Godang. Sibaroar pun sudah diberi Hulubalang tanda silang arang hitam dikeningnya. Tapi karena tanda tersebut dihapus Sutan dan langsung membuat tanda silang yang sama dikeningnya, karena katanya dialah selaku anak raja yang pantas pakai tanda seperti itu. Tragedipun terjadi, Sutan akhirnya yang menjadi tumbal, bukan Sibaroar. Kerajaan menjadi geger setelah tahu masalah itu. Raja Pulungan memerintahkan Hulubalang agar menangkap Sibaroar didup atau mati. Saua, Inang Pengasuh Sibaroar, atas bisikan seorang Dayang, segera menyelamatkan Sibaroar. Ia membawa Sibaroar ke hutan, lari dari pengejaran Hulubalang. Saua dan Sibaroar sempat bersembunyi didalam pondok dan diselematkan “Horbo Badar” dari terkaman harimau. Mereka menyeberangi Sungai Batang Gadis atas petunjuk orang bunian (ibu kandung Sibaroar yang terus membantu dan mengawal mereka) sehingga tak bisa lagi diburu Hulubalang. Saua berhasil menyelamatkan Sibaroar ke seberang Sungai Batang Gadis dengan bergumam beberapa kali “nasaktima danakon”. Mereka tinggal di suatu tempat di hulu Aek Mata. Ia membesarkan Sibaror hingga menjadi pemuda yang gagah berani dan memiliki kesaktian. Pada usia 18 tahun, Sibaroar telah menjadi pemimpin kaumnya. Ia menyerang kerajaan-kerajaan Batara Guru, Sutan Parampuan, termasuk kerajaan Pulungan di Hutabargot dan di Siondop. Sejak itulah Sibaroar menjadi “Raja Sibaroar Nasakti” yang kemudian hari dinobatkan dengan gelar “Sutan Di Aru” membangun kedigdayaan kerajaannya.

Pementasan uji coba ini, spontan mendapat pujian dari Wakil Bupati dan Sekda Madina. Pagelaran disutradari Ali Fikri Pulungan, aransemen musik Aes Ahmad Syukri, dan Casting Rizky Ravsanzani. Para pemain dari SMK Namira Husada juga tampak bermain bagus.

 “Minimal dengan pementasan ini kita bisa melihat besarnya animo masyarakat untuk mengenal entitas daerahnya sendiri, apalagi andaikata ada dukungan dari pemerintah untuk mengangkat Sibaroar ini menjadi sebuah flim klosal” kata Askolani-II sebagai penulis naskah. Semoga !!! (tim)

Tinggalkan Balasan

error

Enjoy this blog? Please spread the word :)