bbnewsmadina.com – Indonesia menjadi negara penghasil sampah plastik kedua terbesar di dunia yang dibuang ke laut. Berdasarkan data Asosiasi Industri Plastik Indonesia (Inaplas) dan Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah sampah plastik yang dibuang ke laut mencapai 3,2 juta ton tiap tahun.
Baca juga : 5 Fungsi Lain dari Fingerprint Scanner Selain Buka Kunci Layar Ponsel
Padahal, sebagai salah satu negara kepulauan, negeri ini memiliki banyak potensi destinasi wisata bahari yang sangat indah. Sayangnya, keindahan alam tersebut dikotori sampah plastik.
Melihat fakta itu, Danone-Aqua bekerja sama dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), menggagas Program Business Management Development Koperasi Serba Usaha (KSU) Sampah Komodo sejak tahun lalu. Cara ini ditempuh demi mengurangi sampah plastik, khususnya di Labuan Bajo yang merupakan wisata premium dan bagian dalam program 10 Bali Baru.
Baca juga : Tagar #mandirierror dan #saldo Jadi Trending Topic Twitter
Business Management Development KSU Sampah Komodo adalah pengelolaan sampah yang diinisiasi masyarakat Labuan Bajo sebagai Tempat Pembuangan Sampah (TPS) Reduce, Reuse, Recycle (3R). Bahkan pada 5 November 2018, KSU Sampah Komodo melakukan pengiriman sampah keluar Labuan Bajo sebanyak 10,8 ton sampah plastik. Sampah yang sudah dalam bentuk pressan plastik tersebut dikirim menggunakan truk ke Bali lalu dikirim ke Surabaya, Jawa Timur. Di sana, sampah plastik didaur ulang menjadi bahan baku plastik, yaitu berupa pelet plastik.
“Yang kami lakukan untuk mengurangi sampah plastik adalah mendorong konsep 3R,” kata Sustainable Development Director Danone Indonesia Karyanto Wibowo di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur (NTT), Kamis malam, 18 Juli 2019.
Selain mendorong konsep 3R, Karyanto menambahkan, pihaknya juga berupaya mengubah paradigma dari model ekonomi linier (mengambil, membuat, menggunakan, membuang) menjadi ekonomi sirkular (mengambil, membuat, menggunakan, mendaur ulang kemasan supaya bisa digunakan kembali) dalam penanganan sampah plastik. Seperti diketahui, plastik sulit terurai sehingga berdampak buruk bagi lingkungan.
“Dengan 3R, dampaknya selain pada lingkungan, juga bisa mengembangkan ekonomi,” ujarnya.
Baca juga : Polres Madina Ringkus Tiga Pelaku Curanmor
Dia menegaskan bahwa peran perusahaan mendukung program yang fokus pada tiga elemen, yakni mengumpulkan sampah plastik, mengedukasi terkait perubahan perilaku dan memberi pemahaman sampah plastik memiliki nilai jual serta melakukan inovasi. Hal ini merupakan komitmen perusahaan demi mendukung target pemerintah mengurangi sampah plastik di laut sebanyak 70 persen pada 2025 mendatang.
Adapun pengumpulan plastik di Indonesia, dia menjelaskan, ada tiga input, yakni dari pemulung yang punya peranan, yang bisa mencapai 90 persen. Selain itu, dari bank sampah, serta beberapa konsumen dari restoran dan hotel untuk mengirimkan langsung kemasan plastik bekas ke pusat daur ulang perusahaan yang ada Tangerang Selatan, Lombok, Bandung, Bali dan Labuan Bajo.
Terkait dengan inovasi, Karyanto mengatakan, kemasan produknya bisa didaur ulang dan bisa mengandung bahan baku daur ulang sebanyak 50 persen pada 2025. Artinya, perusahaan tidak menggunakan lagi bahan virgin impor.
“Ini upaya untuk mengurangi penggunaan plastik virgin, sehingga kami banyak menggunakan bahan daur ulang yang memang dari Indonesia dan diproduksi di sini,” ujarnya.
Danone-Aqua dan PT Veolia Indonesia saat ini sedang merampung pabrik daur ulang terbesar di Indonesia yang berlokasi di Pasuruan Jawa Timur. Pabrik itu ditargetkan beroperasi pada awal 2020, sehingga diharapkan akan lebih cepat membantu mengatasi permasalahan sampah plastik di negeri ini. (ase)